Minggu, 20 April 2014

Tugas CSR ( Perbandingan CSR perusahaan dalam negeri dan luar negeri )

PROGRAM CSR PT. INDOFOOD

Sepanjang tahun 2011, ICBP terus melanjutkan komitmennya untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR. Perseroan meyakini bahwa dengan melakukan program CSR yang berkelanjutan akan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Pilar-pilar CSR yang diadopsi dari perusahaan induk, Indofood, memiliki fokus utama yaitu membangun sumber daya manusia, partisipasi aktif dalam kegiatan komunitas, peningkatan nilai ekonomi, menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan solidaritas kemanusiaan.
PROGRAM:

PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA
Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh Perseroan untuk ikut serta dalam membantu membangun SDM Indonesia yang berkualitas, salah satunya adalah Beasiswa Indofood Sukses Makmur.
PARTISIPASI AKTIF DALAM KEGIATAN KOMUNITAS
ICBP senantiasa membangun interaksi sosial dan komunikasi yang baik dengan masyarakat di lokasi di mana unit operasional Perseroan berada. Selengkapnya »
PENINGKATAN NILAI EKONOMI
ICBP terus membangun kemitraan yang berkelanjutan dengan para stakeholders guna meningkatkan dan mendorong pengembangan ekonomi yang berkelanjutan. Program kemitraan ICBP ditujukan bagi keluarga petani dan masyarakat sekitar dengan melakukan kegiatan.
MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN
ICBP terus berupaya meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup melalui beberapa program yang berbasis lingkungan. Selengkapnya »
SOLIDARITAS KEMANUSIAAN
Perseroan secara konsisten mendukung berbagai program bantuan bagi masyarakat yang tertimpa musibah bencana alam.

PROGRAM CSR NISSAN GLOBAL

REPUBLIKA.CO.ID,  PURWAKARTA — PT Nissan Motor Indonesia (NMI) mewakili Nissan Global bersama Habitat for Humanity menyerahkan bantuan kepada 100 keluarga di desa Cikopo dan desa Karangmukti, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Bantuan yang diberikan berbentuk pembangunan 10 rumah dan renovasi 90 rumah warga yang sebelumnya dalam kondisi yang tidak layak huni. Program pembangunan dan renovasi telah dilaksanakan sejak September 2011 lalu.

Kegiatan itu merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility global yang dicanangkan oleh Nissan Co. Ltd. Jepang, sehingga diterapkan di hampir seluruh belahan dunia. Habitat for Humanity sebagai salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) global merupakan partner tunggal untuk pelaksanaan program ini.

”Kami bersyukur karena hari ini dapat menyaksikan perubahan hidup 100 warga di Purwakarta ini, dari keadaan tempat tinggal yang kurang layak menjadi lebih baik. Nissan sebagai salah satu perusahaan yang berada di kawasan ini merasa wajib memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar”, ujar Bagus Pranoto, Project Leader CSR NMI, Jumat, Purwakarta.

Penyerahan simbolis pada hari ini diberikan kepada tiga warga, masing-masing mewakili desa Cikopo dan desa Karangmukti yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh tani. Sebelumnya, rumah yang mereka huni berada dalam kondisi yang tidak layak dan bagunannya bersifat semi permanen.

“Semoga bantuan ini dapat bermanfaat bagi warga Bungursari, dan mereka dapat menjalani kehidupannya sehari-hari dengan lebih baik. Nissan merasa terhormat mendapatkan kesempatan untuk membantu mereka.” tambah Bagus.

Sumber :
http://bisnishijauorg/2013/03/11/nissan-renovasi-100-rumah-tak-layak-huni-di-purwakarta/#more-112

Review :

Jika dilihat dari program yang dibuat oleh PT. Indifood dan Nisaan Global , menurut saya keduanya memiliki program yang baik dimana keduanya menerapkan program CSR yang bersifat langsung yang dibutuhkan masyarakat, sehingga masyarakat dapat meraksakan manfaatnya secara langsung . Yang harus diperhatikan pula bahwa program CSR Indofood disini terlihat lebih baik karena memiliki lebih banyak program yaa ngeri semuanya ditujukan bagi perkembangan masyarakat.

Jumat, 18 April 2014

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


DISUSUN OLEH :
NAMA : DADAN JORDAN
NPM : 41153030110087


UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
BANDUNG
2014

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY “CSR”
Tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di Amerika Serikat, yaitu pada zaman permulaan perkembangan perusahaan besar di akhir abad ke-19. saat itu perusahaan besar menyalahgunakan kuasa mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan buruh dan prilaku lainya yang menyalahi moral kemanusiaan. hal ini menyebabkan protes masyarakat dan sebagai akibatnya pemerintah melakukan perubahan peraturan perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut. Fase ke dua evolusi tanggung jawab social perusahaan tercetus pada tahun 1930 an, yang diikuti gelombang resesi dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk input produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat meluas dan merugikan pekerjannya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.
pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya stakeholders atau para pemegang saham. Melainkan stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dengan lainnya, tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan (Supomo, 2004). Beberapa perusahaan bahkan ada yang menjalankan kegiatan serupa CSR, meskipun tim dan programnya tidak secara jelas berbendera CSR (Suharto, 2007).
KEGIATAN INTERNAL DAN EKTERNAL PUBLIK RELATION

1. Internal Public Relations.

Kegiatan Internal Public Relations merupakan kegiatan yang ditujukan untuk publik internal organisasi/perusahaan. Publik internal adalah keseluruhan elemen yang berpengaruh secara langsung dalam keberhasilan perusahaan, seperti karyawan, manajer, supervisor, pemegang saham, dewan direksi perusahaan dan sebagainya

Melalui kegiatan Internal Public Relations diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan publik internal dari organisasi/perusahaan. Dengan hubungan yang harmonis antara pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan maka akan tercipta iklim kerja yang baik. Dengan begitu kegiatan operasional perusahaan akan berjalan dengan lancar.
Kegiatan hubungan internal yang dilakukan oleh seorang Public Relations Officers antara lain :
Hubungan dengan karyawan (employee relations)

Seorang PR harus mampu berkomunikasi dengan segala lapisan karyawan baik secara formal maupun informal untuk mengetahui kritik dan saran mereka sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam organisasi/perusahaan. Seorang PR harus mampu menjembatani komunikasi antara pimpinan dan karyawan. Karena dengan diadakan program employee relations diharapkan akan menimbulkan hasil yang positif yaitu karyawan merasa dihargai dan diperhatikan oleh pimpinan perusahaan. Sehingga dapat menciptakan rasa memilki (sense of belonging), motivasi, kreativitas dan ingin mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin.
Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations)
Seorang PR juga harus mampu membina hubungan yang baik dengan pemegang saham, serta mampu mengkomunikasikan apa yang terjadi dalam organisasi/perusahaan. Karena sebagai penyandang dana, mereka harus selalu tahu perkembangan perusahaan secara transparan agar dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap perusahaan. Dengan demikian akan menghilangkan kesalahpahaman dan kecurigaan terhadap perusahaan.
2. Eksternal Public Relations

Kegiatan Eksternal Public Relations ini ditujukan untuk publik eksternal organisasi/perusahaan, yaitu keseluruhan elemen yang berada di luar perusahaan yang tidak berkaitan secara langsung dengan perusahaan, seperti masyarakat sekitar perusahaan, pers, pemerintah, konsumen, pesaing dan lain sebagainya
Melalui kegiatan eksternal ini, diharapkan dapat menciptakan kedekatan dan kepercayaan publik eksternal kepada perusahaan. Dengan begitu maka akan tercipta hubungan yang harmonis antara organisasi/ perusahaan dengan publik eksternalnya, sehingga dapat menimbulkan citra baik atas perusahaan dimata publiknya.
Kegiatan hubungan eksternal yang dilakukan oleh seorang Public Relations Officer, yaitu :
Hubungan dengan komunitas (community relations)
Membina hubungan dengan komunitas merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap lingkungan disekitar perusahaan. Ini juga dapat diartikan sebagai tanda terima kasih perusahaan kepada komunitas. Dengan begitu menunjukan bahwa perusahaan tidak hanya sekedar mengambil keuntungan dari mereka, melainkan ikut peduli dan mau berbagi apa yang diperoleh perusahaan dari lingkungan yang merupakan milik bersama. Hubungan dengan komunitas ini seringkali diwujudkan dalam program Corporate Social Responsibility.
Hubungan dengan pelanggan (costumer relations)
Membina hubungan baik dengan pelanggan, dilakukan agar dapat meningkatkan loyalitas dan kepercayaan pelanggan terhadap produk dan perusahaan itu sendiri. Menurut Seitel (2001 : 455) tujuan hubungan konsumen antara lain (1) mempertahankan pelanggan lama, (2) menarik pelanggan baru, (3) memasarkan/memperkenalkan produk atau jasa baru, (4) memudahkan penanganan keluhan pelanggan dan (5) mengurangi biaya. Costumer relations dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain plant tour, iklan, film, pameran, publisitas, brosur, dan special events.
Hubungan dengan media massa dan pers (media & press relations)
Hubungan dengan media dan pers merupakan sebagai alat, pendukung atau media kerja sama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi humas dengan pihak publik. Dengan hubungan baik dengan media dan pers, perusahaan bisa mengontrol, mencegah, dan meminimalisir pemberitaan-pemberitaan negatif atau salah tentang perusahaan di media massa. Hubungan dengan pers dapat dilakukan melalui kontak formal dan kontak informal. Bentuk hubungan melalui kontak formal antara lain konfrensi pers, wisata pers (press tour), taklimat pers (press briefing), dan resepsi pers. Sedangkan bentuk hubungan melalui kontak informal antara lain keterangan pers, wawancara pers, dan jumpa pers (press gathering).
Hubungan dengan pemerintah (government relations)
Hubungan yang baik dengan pemerintah bisa memudahkan perusahaan dalam menyesuaikan kebijakan yang akan diambil dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, sehingga kebijakan tersebut terwujud sesuai dengan aturan pemerintah dan tidak melanggar hukum.
POSISI CSR DALAM KEGIATAN PR EKSTERNAL
CSR ( Corporate Social Responsibility )
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu strategi membangun hubungan dengan khalayak eksternal, dengan adanya program ini sebuah perusahaan berperan sebagai wujud tanggungjawab dan kepedulian sosial. Namun demikian, perlu disadari bahwa CSR bukan semata program sosial yang menjadikan perusahaan sebagai sebuah “lembaga amal” ataupun “bagian dari departemen sosial milik pemerintah”.
Mau tidak mau haruslah diakui bahwa CSR memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi sebagai program kepedulian sosial, sementara di sisi lain merupakan bagian dari perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan
Tantangan yang harus dijawab terkait hal tersebut adalah bagaimana membangun konsep CSR yang benar-benar efektif dalam menjalankan fungsi sosial, namun tidak melupakan tujuan perusahaan untuk mencari keuntungan. Selain itu, bagaimana membangun konsep CSR yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan keuntungan perusahaan, namun bukan berarti semata mencari keuntungan melalui “kemasan” tanggungjawab dan kepedulian sosial.
PERBEDAAN COMUNITY RELATION, COMMUNITY DEVELOPMENT DAN CSR
Pengertian Community Relations
·      Community Relations bisa bermakna lebih dari sekedar membangun hubungan baik antara organisasi dan komunitas sekitarnya, melainkan juga berperan melalui tindakan—tindakan pada tingkat lokal dalam mengatasi permasalahan – permasalahan seperti meng-krisis.
·      Community Relations bisa dipandang sumbangan kecil yang berarti yang diberikan organisasi sebagai warga negara bersama dengan komunitas disekitarnya untuk mengatasi permasalahan – permasalahan besar tadi pada tingkat lokal dengan memperhatikan prinsip berkelanjutan. Tapi tentu saja fokus perhatian adalah upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh komunitas.
·      Community relations adalah upaya membina hubungan harmonis antara perusahaan/organisasi dengan komunitas masyarakat untuk meningkatkan kepedulian sosial dan saling pengertian.
ecara umum community development dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Program Community Development memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu: sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan. Sasaran pertama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation), kesemuanya berjalan secara simultan. 

 CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. COntoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSRtimbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability.
10 MASALAH GLOBAL YANG MENJADI FOKUS CSR DUNIA
1.      KEMISKINAN
2.      WABAH PENYAKIT
3.      BENCANA ALAM
4.      KESEHATAN
5.      PERUMAHAN
6.      LINGKUNGAN
7.      ALAM
8.      BUDAYA
9.      PEMBEDAYAAN MASYARAKAT
10.  HAM


KONDISI CSR DI INDONESIA
Pelaksanakan kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan aliascorporate social responsibility (CSR) di Indonesia ternyata masih dihadang banyak persoalan teknis. Pemerintah sampai kini belum memiliki rancangan induk atau master-plan CSR, sehingga peran pemerintah seringkali kontra produktif. Padahal, pemerintah seharusnya lebih aktif memosisikan diri sebagai fasilitator agar perusahaan-perusahaan juga dapat menjalankan kegiatan-kegiatan CSR-nya lebih efektif.
Hal itu disampaikan Suwandi saat ujian mempertahankan desertasi di depan tim penguji Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Sabtu 21 Desember 2013
Suwandi kini tercatat sebagai doktor CSR pertama di Indonesia. Bertindak sebagai tim penguji adalah Prof Dr Gunawan Sumodiningrat M.Ec, Dr Anna Marie Wattie MA, Prof Dr Ir Sunarru Samsi Hariadi MS, Dr Agus Heruanto Hadna, Dr Roberto Akyuwen SE STP Msi, Dr Ely Susanto SIP MBA, dengan promotor Prof Dr Yeremias T Keban MRRP dan Prof Dr Ir Edhi Martono MSc.
“Kunci kinerja CSR terletak pada komitmen perusahaan. Karena itu, harus ada stimulus dan dorongan agar perusahaan-perusahaan memiliki komitmen yang besar untuk menjalankan kegiatan dan program CSR. Tanpa itu, program CSR tidak akan pernah bisa efektif,” katanya.
Suwandi yang juga Ketua Umum Umum Corporate Forum for Community Development (CFCD) dan telah melaksanakan penelitian mendalam terhadap pelaksanaan program CSR di PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, salah satu industri perkebunan kelapa sawit dan karet terkemuka di Indonesia, terang-terangan mengatakan bahwa pelaksanaan program-program CSR di perusahaan dalam kenyataannya masih dihadang banyak sekali persoalan. “Responden dalam penelitian yang saya lakukan, mengakui hal itu. Anggaran terbatas, pelaksanaan yang belum merata, pelaksanaan yang belum terjadwal, lemahnya sosialisasi dan komunikasi,dan banyak lagi,” ujarnya.

Ia melihat, jangkauan pelaksanaan program CSR di Indonesia juga belum merata. Belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sebagian besar hanya dilakukan kepada pihak-pihak tertentu saja. Selain itu juga tidak dilakukan secara kontinyu.  Bahkan, ditemukan juga fakta  bahwa dalam pelaksanaan CSR yang berpola kemitraan tidak dilakukan secara baik sejak awal. “Akibatnya, pengambilan keputusan-keputusan penting dalam rangka pelaksanaan program tersebut sering dilakukan secara sepihak oleh perusahaan, tanpa melibatkan petani plasma,” kata Suwandi.

CSR DAN CITRA PERUSAHAAN
Wacana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang kini menjadi isu sentral yang semakin populer dan bahkan ditempatkan pada posisi yang terhormat. Karena itu kian banyak pula kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait mulai merespon wacana ini, tidak sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaatnya.
Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring waktu masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial.

CSR DALAM STRATEGI PEMASARAN
Salah satu pendekatan yang banyak dilakukan perusahaan dalam mengimplemntasikan CSR adalah, dengan pendekatan utilisasi yaitu mengintegrasikan nilai utama etika (ethical core values) kedalam budaya organisasi perusahaan (Corporate Culture). Sathe (1986) mendefinisikan Corporate Culturesebagai sekumpulan asumsi penting (yang tersirat maupun tidak) yang dilakukan oleh seluruh individu didalam suatu perusahaan sehingga menjadi kebiasaan dan tradisi khas organisasi perusahaan tersebut. Sebelum menggunakan jalur Promotion Mix, umumnya perusahaan mengintegrasikan terlebih dahulu Budaya Perusahaan (Corporate Culture) dengan konsep CSR yang diinginkan sebagai instrumen perekat. Dalam proses integrasi ini Ethical Core Values berperan sebagai integrator (perekat) yang secara interaktif (timbal-balik) mempengaruhi rencana strategic pemasaran (Promotion Mix) perusahaan.